
FORUMBACA.COM– Halo sobat baca! COVID 19 masih jalan-jalan nih. Dia belum kapok juga di beri disinfektan. Jadi, jangan keluar rumah dulu ya, tetap selalu hati-hati dan jaga kesehatan tubuh kalian. Termasuk tahan dulu kencan dengan mantan ehehehe.
Anyway, ditengah kegundahan setiap negara akan keberadaan vaksin, mereka semua sudah mulai mengimitasi metode penanggulangan ala Korea Selatan yang cukup efektif, yaitu melakukan test rapid secara masal. Banyak negara maju seperti US, Italia, dan Spanyol sudah setengah jalan dalam melakukan langkah ini. Cukup efektif memang jika test rapid secara masal itu dilakukan di negara maju. Karena mereka juga sudah memiliki dukungan akomodasi yang kuat. Selain itu faktor pendukung lainnya juga sangat bisa diandalkan di negara maju. Namun, hal itu tidak berlaku bahkan mustahil untuk Indonesia yang notabene masih menumpuk banyak kekurangan. Apa saja sih kekurangan itu ?
Kurangnya Kesadaran Masyarakat terhadap COVID 19
Pertama, kurangnya kesadaran masyarakat untuk ikut berperan serta menghadapi COVID-19. Seperti yang kita ketahui,pemerintah telah mengeluarkan edaran resmi untuk menghimbau masyarakat menggunakan masker, menjaga jarak, dan menghentikan segala kegiatan yang mendatangkan banyak masa. Selain itu, pemerintah juga telah mengeluarkan himbauan untuk bekerja dan belajar dari rumah. Namun, dalam implementasi nya, masih banyak warga yang melanggar himbauan tersebut.
Bahkan, acara yang mengundang banyak masa seperti pernikahan, hajatan, dan perlombaan masih banyak ditemui di desa dan perkotaan. Di sisi lain, ketika rencana test rapid masal ini baru dicanangkan, sudah ada golongan yang mengkampanyekan penolakan terhadap rencana ini. Beberapa diantaranya dilakukan di Bali, Ambon, dan NTT. Padahal di televisi sudah cukup jelas disiarkan perihal kenaikan angka kasus positif yang bukan lagi dapat di kategorikan permasalahan biasa namun sudah memasuki fase luar biasa. Aneh bukan jika mereka masih menutup mata dan telinga ?
Menghabiskan Waktu Yang Lama
Kedua, Membutuhkan waktu yang lama untuk mengadakan tes rapid massal. Pasalnya, ada tiga fase yang perlu dilakukan ketika hendak mengadakan tes rapid tersebut. Ketiga fase itu adalah fase sebelum, sejak, dan sesudah. Dimana setiap fase tidak cukup jika dilakukan hanya dalam kurun waktu singkat. Setidaknya butuh 3-6 bulan untuk menyelesaikannya. Dimulai dari fase pertama, yaitu pemerintah harus menyiapkan semua hal yang dibutuhkan seperti akomodasi, test kit, tenaga kerja, teknis yang jelas dan data valid peserta rapid test. Masuk dalam fase ke-dua, dimana tenaga kerja yaitu tenaga medis dan relawan harus mengerjakan prosedur pemeriksaan sesuai SOP. Prosedur tersebut terdiri dari 6 tahap. Diawali dengan screening dan diakhiri dengan karantina mandiri. Setiap prosedur untuk satu pasien bisa memakan waktu maksimal tiga minggu.
Indonesia Masih Bergantung Pada Negara Lain
Ketiga, Indonesia masih jauh untuk dapat memenuhi seluruh peralatan tes rapid. Karena peralatan tes rapid tidak hanya sebatas tes kit untuk pengambilan sampel darah. Melainkan, juga termasuk tempat perawatan, laboratorium pengujian, alat rontgen dan PCR, APD, dan transportasi. Seperti yang diketahui, Indonesia masih mengekspor peralatan tes kit rapid test. Bahkan belum ada sumber daya yang cukup untuk memproduksi sendiri tes kit tersebut. Tempat perawatan seperti rumah sakit pun masih terbilang sedikit.
Ada setidaknya 132 rumah sakit yang digunakan sebagai rujukan pasien COVID-19 di seluruh Indonesia. Hingga akhirnya, perhotelan di alokasi-kan sebagai tempat perawatan. Sangat menyedihkan. Di lain sisi,laboratorium sebagai pusat pengujian sampel darah juga sangat terbatas keberadaannya. Sedih jika harus melihat para pasien COVID-19 harus singgah di tenda-tenda korban pengungsian bencana.
Tiga hal tersebut membuat tes rapid ini menjadi mustahil terealisasikan di Indonesia. Pada dasarnya, memang suatu rencana tidak akan selalu cocok diwujudkan pada setiap kondisi. Karena, keberhasilan suatu rencana juga didukung dari beberapa aspek dimana setiap negara memiliki perbedaan kondisi dalam aspek-aspek yang berkaitan tersebut. Maka dari itu sembari menunggu pemerintah menemukan penanganan yang cocok untuk bangsa kita tercinta, lebih baik kita mengikuti terlebih dahulu himbauan-himbauan yang sudah ditetapkan. Sehingga kerja pemerintah akan lebih ringan oleh bantuan menaati himbauan dari kita semua. Seperti kata pepatah :
โBerat sama dipikul, ringan sama dijinjingโ
Tetap optimis yaa, sobat baca. Yakin COVID-19 akan kapok sebelum tahun berganti ๐ aamiin
By : Izzatun Nabila