You are currently viewing Ingin Doa Cepat Terkabul? Coba Perhatikan 5 Adab dalam Berdoa Berikut

Ingin Doa Cepat Terkabul? Coba Perhatikan 5 Adab dalam Berdoa Berikut

Forum Baca – Cara Agar Doa Cepat Terkabul. Seorang hamba, dalam segala hal memang wajib berharap kepada Allah dan memohon untuk kebutuhannya kepada Sang Pencipta. Semua ini adalah bagian dari hidup yang selalu dimiliki oleh hamba sepanjang hayatnya. Sebab Allah adalah satu-satunya tempat bergantung dan meminta. Syaikh Ibnu ‘Athaillah berkata:

مَا الشَّأْنُ وُجُوْبُ الطَّلَبِ، إِنَّمَا الشَّأْنُ أَنْ تُرْزَقَ حُسْنَ الأَدَبِ.

“Bukanlah tujuan utama itu tercapainya suatu permohonan, akan tetapi tujuan yang utama adalah diberikannya engkau sebuah tata krama yang baik (terhadap Tuhanmu).”

Sebuah permintaan dan pertolongan antar manusia pun memiliki tata cara sekaligus tata krama, agar permintaan tersebut dipenuhi oleh si pemberi bantuan. Apalagi permohonan kepada Sang Pencipta diri kita yang Maha Pemberi rezeki, harus lebih beradab saat bermuamalah dan memohon kepada-Nya.

Baca juga: TAQORRUBAT, Aplikasi Dzikir dan Doa Terlengkap

Berdoa atau mengharapkan pertolongan Allah sebagai satu-satunya tempat bagi  hamba memohon pertolongan, bukan hanya sekedar meminta. Sebagai harapan dan permintaan kepada Allah terdapat tata krama yang harus dimiliki hamba sebagai pemohon. Nabi SAW mengajar adab yang paling bagus dan paling indah yang wajib dimiliki dan diucapkan oleh hamba di hadapan Allah SWT.

5 Adab yang Harus Diperhatikan Dalam Berdoa

  1. Adab yang bagus dan indah adalah kelembutan si hamba ketika menyampaikan dan mengucapkan permintaannya. Tidak sepatutnya seorang hamba meminta dengan kata-kata yang kasar karena Allah itu Maha Halus, Maha Lembut.
  2. Sopan santun yang bergerak dalam hati si hamba (konsentrasi jiwa) ketika berdoa. Adalah sangat tidak beradab apabila seorang hamba memohon kepada Sang Kholiq, namun hati hamba-Nya kosong dan tidak hadir dalam pertemuannya dengan Allah. Allah SWT tidak menyukai kepada hamba yang berdoa dengan hati yang kosong.
  3. Kekhusyukan dan kebersihan hati. Tidak tergesa-gesa dan hati yang bersih dari riya’, ujub dan sifat kotor lain, yang tidak diperlukan bagi hamba ketika berdoa, karena hal ini termasuk sopan santun dan adab dalam berdoa.
  4. Seorang hamba yang beradab baik dalam berdoa, tidak memaksa Allah SWT dalam doanya. Ia tidak meminta segera doanya diterima. Seorang hamba tidak boleh menentukan pilihan dari sekian banyak permohonan yang diharapkan dari Allah, akan tetapi ia menyerahkan seluruh permohonan itu kepada Allah SWT. Karena Allah juga yang memberi dan mengatur pemberian-Nya untuk para hamba.
  5. Seorang hamba yang menerima pemberian Allah, banyak atau sedikit harus dengan syukur dan terima kasih, tidak merasa bahwa pemberian Allah tidak cukup atau sangat sedikit. Sebenarnya sedikit atau banyak seorang hamba menerima pemberian Allah dari apa yang pernah ia mohonkan kepada Allah, telah disesuaikan apakah seorang hamba kuat memikul pemberian tersebut. Sebab, suatu pemberian yang dipikulkan kepada hamba, akan menjadi ujian bagi si hamba. Adakah pemberian itu mendatangkan kebaikan bagi dirinya atau dipergunakan untuk kerusakan. Allah Maha Mengetahui keadaan sebenarnya dari setiap hamba-hamba-Nya.
Baca Juga:  Puasa: Pengertian, Syarat, Rukun dan Hal-Hal yang Membatalkannya

Agar suatu permohonan diterima oleh Allah, serta terpeliharanya pemberian Allah SWT yang telah diterima hamba, maka adab ketika memohon adalah syarat utama bagi terkabulnya doa. Do’a yang sudah terkabul dan pemberian yang sudah diterima itu akan terpelihara dan bermanfaat, apabila hamba mampu menjaga kondisi imannya dari waktu ke waktu.

Untuk itu, sebagai seorang hamba hendaknya kita selalu mengingatkan dalam kebaikan, menjaga sekaligus meningkatkan keimanan yang ada pada diri, agar segala rezeki yang kita dapatkan bermanfaat dan tidak menimbulkan mara bahaya. Wallahu a’lamu bisshowab.

Baca juga: Tiga Cara Allah Mengabulkan Doa

Referensi:

Syekh Ahmad bin Muhammad Ataillah, 2012. Mutu Manikam dari Kitab Al-Hikam, Surabaya, Mutiara Ilmu.

By Nur Khulailatul Hurriyah