Forum Baca Islam – Relevansi Santri di Era Modernisasi. Santri adalah sebutan untuk seseorang yang mengikuti pendidikan Islam di pesantren yang sarat akan pendidikan religius yang kuat dan pembentukan karakter yang kokoh. Tentunya masyarakat memandang mereka sebagai sosok yang sangat memahami secara mendalam segala hal tentang Islam namun teguh dalam pendiriannya.
Terlebih bila ia merupakan lulusan dari pesantren yang memiliki kredibilitas tinggi di mata masyarakat, sehingga tak heran bila seluruh alumni pesantren yang bersebaran di seluruh penjuru Indonesia ini memiliki tempat tersendiri dalam struktur tatanan sosial masyarakat setempat dan menjadi tonggak penyangga utama agama, bangsa dan negara.
Namun di zaman modernisasi ini, pesantren ancap kali dianggap sebagai salah satu metode pendidikan yang kolot dan kuno sehingga kemampuan akademis seluruh almamaternya dianggap tidak relevan bila dibandingkan dengan perkembangan saintek saat ini yang melaju sangat cepat. Benarkah demikian?.
Berbicara tentang perkembangan teknologi saat ini memang bukanlah hal yang menjadi rahasia umum lagi. Kita masih ingat betul dimana di awal tahun 2000 kita baru mengenal handphone (HP) sebagai salah satu alat komunikasi yang hanya bisa digunakan untuk sekedar menelepon atau mengirim pesan singkat saja.
Akan tetapi beberapa tahun belakangan ini sudah banyak HP-HP canggih yang bisa melakukan lebih dari sekedar menelepon dan mengirim pesan belaka. Namun satu hal yang perlu dicatat dari semua perkembangan ini, yakni dampak-dampak positif maupun negatif yang muncul dan mempengaruhi gaya hidup keseharian kita.
Memang benar kata orang bila santri itu awam dengan teknologi, karena dalam kehidupannya saja sudah tidak diperkenankan membawa gadget di pesantren. Jangankan membayangkan membawa gadget, dekat dengan internet dan sosial media saja merupakan dua hal yang bisa dikatakan barang mahal karena harus mencuri-curi waktu yang tepat untuk bisa berselancar di dunia maya.
Keberadaan laptop pun diiringi dengan regulasi yang cukup ketat dari pihak keamanan pesantren. Nyaris mereka hanya akrab dengan tumpukan kitab kuning bertuliskan arab gundul dan buku-buku materi pegangan santri sehingga santri-santriwati ini terkesan sangat terisolir dari hingar-bingar yang ada di luar dunia pesantren. Namun sekali lagi, di sinilah relevansi peran santri dalam era modernisasi.
Seperti yang telah dijelaskan di awal, bahwa pesantren mengajarkan pendidikan religius dan penanaman karakter. Hal itu dikarenakan pendidikan yang ada di dalam dunia pesantren tidak hanya sebatas pendidikan intelektual saja, namun juga pendidikan emosional dan spiritual pun juga ikut diimplementasikan di dalamnya.
Pembangunan karakter dan penggemblengan moral santri tersebut dilakukan dengan cara menanamkan nilai-nilai religi dan akhlaqul karimah yang sudah menjadi ciri khas tersendiri bagi kalangan pesantren, baik salaf maupun modern. Pendidikan seperti inilah yang sangat diperlukan untuk menghadapi tantangan modernisasi ke depan. Tanpa memiliki ketiga kecerdasan ini, akan sulit rasanya untuk menjawab tantangan yang sudah ada di hadapan mata.
Dengan kecerdasan intelektualnya, para santri dapat menyaring hal-hal yang baru ia ketahui berikut manfaat-madhorot nya. Mereka pun mampu untuk meneliti, membandingkan, atau bahkan menggabungkan hal tersebut dengan hal lain yang akhirnya menjadi sesuatu yang baru dan lebih fresh tanpa menghilangkan kemanfaatan yang telah ada.
Begitu pula dengan kecerdasan emosional & spiritualnya, yang menuntun mereka untuk selalu mendekatkan diri kepada Allah SWT dan menjauhi perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh agama dan dapat merugikan orang lain. Rasanya bukan hal yang mustahil bila santri selalu memegang nilai-nilai moralitas yang sudah mendarah-daging dalam dirinya.
Sebuah kombinasi pendidikan yang sangat sulit untuk ditemukan pada lembaga pendidikan yang bukan pesantren. Konsep tersebut mulai disadari oleh banyak lembaga pendidikan dengan hadirnya lembaga pendidikan yang mulai mengadopsi metode pendidikan pesantren di lingkungannya dengan membuat asrama dan Ma’had.
Pada akhirnya, anggapan negatif dari sebagian masyarakat tersebut tak sepenuhnya benar. Karena faktanya, pada para santri dan pesantrenlah masyarakat dapat menaruh harapan yang besar untuk kebaikan bangsa ini ke depan. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca pada umumnya, dan juga sebagai pengingat dan motivasi bagi para santri yang membacanya, Aamin Yaa Rabbal ‘Alamin
Oleh: Dimas Khaidar
Ditulis di Jombang, 30 Januari 2018; Pukul 23.59 WIB